Oregairu Anthology Yukino Side Bahasa Indonesia

Dengan demikian, Musuh Baru muncul dihadapannya.
 Watari Wataru

Ilustrasi Oregairu Anthology


  "Ketika seorang pria meninggalkan rumah, dia dikelilingi oleh tujuh musuh", atau begitulah kata orang.  Memang, mengelola sebuah perusahaan dan melayani sebagai anggota Dewan Prefektur, itu semua benar.  Dikacaukan dalam kedua peran itu karena tergesa-gesa, sekarang ada empat belas musuh.

 Tak perlu dikatakan, aku punya banyak sekutu, tetapi itu adalah sarang individu yang siap untuk mengubah punggung mereka setiap saat, membuat hubungan dekat dengan mereka jadi tidak menyenankan.  Semenjak memulai debut ke masyarakat, aku tidak ingat hubungan tanpa keterlibatan kepentingan diri.  Hal semacam itu tidak relevan dengan gelar seseorang, karena banyak orang dewasa di dunia bisa bersimpati.

 Dengan demikian, konsep seorang pria meninggalkan rumah dan dikelilingi oleh tujuh musuh selalu merupakan ungkapan yang menyertainya.

 Namun, saya tidaklah bodoh untuk menyatakannya secara terbuka.  Sehubungan dengan perkembangan terkini di masyarakat, gagasan bahwa itu hanya terbatas pada laki-laki adalah pemikiran kuno yang bisa dikritik dengan mudah, dan bahkan bisa dianggap rasisme jika musuh merujuk ke orang-orang di sekitarnya.

 Lebih penting lagi, melontarkan hal seperti itu di rumah saya pasti akan membuat saya tunduk pada senyum tipis dari seseorang yang cantik namun menakutkan ketika mengatakan kepada saya, “Oh, jadi kamu bilang kalau kamu tidak punya musuh di rumah?"  Semakin menjengkelkan bahwa saya tidak bisa langsung menolak gagasan seperti itu. Bukan berarti saya menganggap wanita sebagai musuhku, tapi aku tidak bisa sepenuhnya panggil mereka sekutu saya juga.  Kesulitan yang benar-benar mengkhawatirkan.

 Istri dan anak perempuan saya harus dipuji sebagai orang suci, berbudi luhur, dan bijaksana. Namun ada saat-saat di mana mereka akan menunjukkan wajah-wajah jahat yang melampaui kejahatan tirani seorang raja.

 Yang intinya... yah, jika saya harus puas dengan istilah, menyebut mereka 'Setan Kecil' akan paling tepat.  Tidak, ungkapan itu mungkin sedikit tidak sesuai.  Mungkin terlalu skala ekspresinya terlalu besar. Saat mereka menakutkan, mereka benar-benar menakutkan.  Terutama istriku, dia benar-benar menakutkan.  Baru-baru ini, sanak perempuan tertua saya juga sangat menakutkan.  Dan putri kedua saya diam-diam menakutkan.

 Yang sedang berkata, sisi menakutkan milik  mereka itulah yang membuat penampilan manis mereka luar biasa destruktif, sampai-sampai bisa dengan mudah merobohkan alasan setebal tembok besi seperti salah satu insiden penyanderaan Asama-Sanso.

 Untuk wanita-wanita ini yang aku tidak bisa secara eksplisit memanggil sekutu atau musuh, ungkapan "setan kecil" terlalu imut sekaligus menakutkan.  Dalam hal itu, cukup pantas untuk memproklamirkan mereka sebagai 'Dewi'.

Di banyak cerita legenda dan dongeng, 'Dewi' tidak harus ditulis sebagai sekutu dari tokoh utama. Mereka juga berfungsi sebagai simbol ketakutan dan kekacauan.

 Baik istri dan anak perempuan saya mirip dengan sosok yang dipuja dalam cerita yang tak terhitung jumlahnya tersebut, memiliki dua sifat ekstrem dalam kepribadian mereka, cinta dan ketakutan, sambil merampok jiwa para rakyat jelata. Meskipun mereka diasumsikan memiliki penampilan yang bermartabat dan cantik, kualitas gadis menggemaskan yang tak terduga memang menjadikan mereka sebagai Dewi.

 Ketika seorang pria meninggalkan rumah, dia dikelilingi oleh tujuh musuh.

 Ketika seseorang kembali ke kediaman Yukinoshita, ia dikelilingi oleh Tiga Dewi

 Jadi, meskipun saya kembali ke tempat tinggal saya, saya tidak akan merasa nyaman.  Karena hari ini, saya akan temukan diri saya pada belas kasihan pada sifat aneh mereka sekali lagi.

 X X X

 Dalam pemandangan yang mengalir melalui jendela kursi belakang, bunga sakura yang  berumur pendek menari-nari di malam hari.

 Terperangkap dalam lampu merah, supir perlahan-lahan menghentikan mobil.  Lampu jalan menerangi pohon-pohon ceri, memperlihatkan dedaunan lembut di dahan mereka.

 Ini sudah pertengahan April.  Bekerja untuk perusahaan dan tinggal di kantor sepanjang waktu membuat saya kehilangan jejak waktu.

 Di rumah dan kantor, perusahaan, bahkan saat bepergian, semuanya sibuk.

 Setelah dibebaskan dari kerumitan transisi ke tahun baru, akhirnya aku bisa bersantai dan meluangkan waktu untuk diriku sendiri.

 Saat aku memandang tanpa tujuan, cahaya  berubah menjadi agak hijau, dan mobil maju perlahan-lahan.  Akselerasi dan pengereman yang lembut, tanda profesional.  Dahulu, saya juga berkendara dengan cara yang sama.  Tapi seperti yang diharapkan, saya tidak mendekati level seseorang yang mencari nafkah dari pekerjaan itu.  Ketika saya mulai bekerja untuk ayah mertua, saya tidak terbiasa untuk memiliki seseorang yang menyetir untuk saya.  Akhirnya, kecanggungan itu mereda.

 Setibanya di depan rumah kami, pengemudi akan melanjutkan untuk membuka pintu belakang.  Saya telah menerimanya sebagai rutinitas sehari-hari.

 Terima kasih atas kerja kerasnya.  Selamat malam.  Sampai jumpa besok.

 Saya tidak tahu bagaimana harus menyapanya saat saya meninggalkan mobil, jadi saya hanya mengatakan apa pun yang terlintas dalam pikiran saya. Pengemudi diam-diam membungkuk dan melihatku pergi.  Jadi, aku mengalihkan pandanganku ke arah pintu masuk lalu melewati gerbang.
 Keluarga adalah hal yang menakutkan.


Kehadiran pengemudi, rumah besar, anggota Dewan Prefektur dan pekerjaan di perusahaan, nama keluarga yang baru.  Pada awalnya, semua itu membingungkan.

 Yang pertama dan terpenting, cara hidup.  Saya awalnya tidak berencana untuk mengejar karir politik atau menjalankan perusahaan, tetapi begitulah keluarga istri saya kebetulan berada.

 Saat ini, jumlah politisi perempuan sedang meningkat.  Tapi saat itu, itu adalah pekerjaan yang sebagian besar diisi oleh Pria.  Karena itu, saya harus menjadi penerus setelah menikah.

 Saya bukan dari keluarga kaya, jadi itulah syarat yang ditetapkan untuk pernikahan, yang langsung saya terima.

 Jadi, hanya dengan mendaftarkan ulang lisensi saya, rekening bank, dan dokumen lainnya, saya menjadi anggota keluarga Yukinoshita.

 Dengan nama keluarga saya yang baru, saya menggantikan ayah mertua saya, dan diberkati dengan dua putri.

 Setelah memberikan yang terbaik melalui segala hal di tempat kerja, baik sebagai anggota Dewan Prefektur, Sensei, dan Direktur , aku sekarang menyadari bahwa aku dilahirkan untuk ini.

 Namun, saya masih seorang suami dan juga ayah.  Bahkan dengan rentang karir 20 tahun sejak saya menikah. saya masih sedikit kurang dalam memenuhi peran itu.  Ini menjadi lebih jelas ketika putri saya tumbuh menjadi remaja.

 Haruno dan Yukino.

 Kedua putri saya, sama seperti istri saya, tumbuh menjadi wanita yang berbakat dan cantik.  Sebagai ayah mereka, ini membuatku khawatir.  Mereka mungkin berbakat, tetapi bagaimana jika mereka diperlakukan tidak adil?  Akankah ekspektasi sebagai bagian dari keluarga Yukinoshita menjadi beban bagi mereka?  Dan dengan mereka yang sangat imut itu, bagaimana jika serangga aneh mendekati mereka......

 Kekhawatiran saya tidak ada habisnya, seperti pasir di pantai.  Saya tidak bisa lagi berbicara dengan salah satu putri saya tanpa suar yang ragu.  Melihatnya menunduk, dengan kesedihan yang terlihat di matanya itu menyakitkan karena saya tidak lagi bisa menghiburnya.

  Meskipun ayah selalu tidak bisa diandalkan, ibunya keras namun lembut, memperlakukan dengan cinta dan kasih sayang yang dalam.  Ngomong-ngomong soal keras, aku telah menanggung beban kekakuannya lebih dari sekadar anak perempuanku.  Namun, betapapun kerasnya dia, kondisi pasar saat ini bahkan lebih keras.  Tunggu, bukankah itu terlalu keras?

 Kembali ketika saya mewarisi bisnis keluarga Yukinoshita, istri saya sangat keras dalam mengevaluasi kerja bisnis saya , bahkan lebih dari ayah mertuaku, yang memutuskan untuk pensiun dini.  Berkat itu, saya berhasil untuk belajar banyak di tempat kerja.  Tapi, itu juga membuatku takut pulang.  Bahkan sekarang, sebagian dari ketakutan itu masih ada

 Mendekati pintu masuk, entah mengapa itu membuatku lebih gugup daripada memulai bekerja.  Namun di sanalah dia, di pintu masuk di tangga paling atas, menyambut kepulangan saya.

"Selamat Datang di rumah."

 Istri saya, dalam pakaian tradisional Jepang, rambutnya diikat rapi, tersenyum anggun lalu membungkuk dengan lembut.  Senyum lembut itu sama indahnya dengan, tidak, bahkan lebih indah daripada ketika kami pertama kali bertemu.

 "Ya, aku pulang."

 Ketika dia meraih mantel dan tas saya, saya menggelengkan kepala sedikit dan berterima kasih padanya.  Saya hanya seorang pegawai biasa, tidak perlu penyambutan rumit seperti Yamato Nadeshiko yang tiada taranya.  Namun, hal ini sudah berlangsung selama 20 tahun.

 Meski begitu, tangannya masih di sana seraya dia diam-diam tersenyum.

 Saya akhirnya menyerah dan menyerahkan mantel saya.

 Bukannya aku tidak ingin menyerahkan tasku kepadanya. Perhatiannya yang baik selalu saya hargai, tapi mau bagaimana lagi karena sudah menjadi kebiasaan saya sejak kami menikah.  Saat ini, tas tidak lagi membawa sesuatu yang penting, dan saya sering membawanya meskipun kosong.  Tapi saat saya masih muda, penuh dengan harapan, tanggung jawab, dan antusiasme.  Seiring waktu berlalu, ia membawa berbagai hal lainnya.  Sekarang, meskipun saya tidak lagi  membawa yang beban yang berat itu, saya masih ingin membawa tas saya sendiri.

 Pada akhirnya, istri saya, yang ingin menerima tas saya, dan saya, yang ingin membawanya sendiri, keduanya adalah orang yang keras kepala, sehingga tidak bisa tertolong.

 Memikirkan hal itu sambil mengagumi sosoknya, istri saya berjalan di sepanjang koridor yang mengarah dari pintu masuk, tanpa sadar aku tersenyum.  Melihat itu, dia melirik ke belakang.

 "Haruno hari ini juga pulang ke rumah."

 "Begitu ya.  Tumben sekali ya. "

 Tepat ketika saya berpikir bahwa putri bungsu saya, yang telah hidup sendirian, akhirnya kembali, putri sulung saya malah meninggalkan rumah.  Karena saya sering pergi kerja, saya belum bisa berkumpul bersamakeluarga saya sejak liburan Tahun Baru.  Dipenuhi dengan harapan untuk bisa menghabiskan beberapa waktu dengan kedamaian bersama seluruh anggota keluarga, langkah kaki saya meningkat.  Sebaliknya, istri saya sedikit melambat.

 “Apa maksudmu?  Gadis itu pulangsecara teratur."

 Dia menghela nafas, menyentuh pelipisnya dengan jari-jarinya yang panjang dan ramping seolah-olah menahan sakit kepala.

 "Aku ingin tahu apakah dia pernah berpikir untuk meninggalkan rumah?"

 "......itu hal yang aneh untuk dipikirkan."

 Setelah mendengar kata-kata saya, dia memiringkan kepalanya ke samping dan kebingungan.  Sikap polos dan ekspresi wajah seperti itu tidak berubah sejak aku bertemu dengannya.

Karena istri saya mengharapkan Haruno untuk meneruskan bisnis keluarga, dia secara khusus ketat padanya.  Meskipun ada perasaan bahwa Haruno mungkin tidak senang tentang hal itu, tetapi menjadi saudari tertua, dia akhirnya menerima tanggung jawab.

 Namun, berdasarkan apa yang telah dikatakan oleh istri saya, mungkin ada perubahan rencana.

 Sampai sekarang, istri saya tidak setuju Haruno meninggalkan rumah.  Pada akhirnya, memang hanya diizinkan kalau Haruno tinggal sendirian di apartemen kami sendiri.  Tapi, pernyataannya bisa saja diartikan sebagai izin untuk meninggalkan keluarga.  Memang, tindakannya terkadang aneh.

 Saya bertanya-tanya apakah sesuatu terjadi antara istri saya dan Haruno yang belum diceritakan pada saya.  Ketika saya merenungkan pertanyaan itu sambil melonggarkan dasi saya, saya berjalan melewati ruang tamu.

 Sambil berjalan menuju kamar, saya melirik ke ruang tamu.  Yukino dan Haruno sedang duduk di sofa, melakukan kegiatan mereka masing-masing.

 Haruno tertawa dalam suasana hati yang baik saat menonton TV, dengan gelas kristal di satu tangan.

 Sementara itu, Yukino sedang duduk di depannya dengan cangkir teh di satu tangan dan membalik-balik buku paperback dengan tangan yang lain.  Kemudian, seakan mengingat sesuatu, dia mengambil smartphone-nya,

 Dia tersenyum lembut, dan mulai mengetik.  Ini adalah pemandangan aneh lainnya.  Saya pikir dia hanya membuat ekspresi itu sambil menonton "Iwago Mitsuaki's World A World of Cats"
(Pameran & Seri Video soal kucing dari fotografer terkenal


Mungkin seseorang membagikan video kucing di Sosial Media?  Meski begitu, sampai mengepakkan kakinya dan mengubur wajahnya ke dalam bantal? Aneh sekali.  Untuk Yukino menjaga ponsel pintarnya tetap dekat saat ada di rumah sudah aneh.  Dan Haruno tidak akan pernah melewatkan kesempatan itu untuk mengejek kelakuan anehnya itu. Baginya untuk mengabaikan perilaku aneh Yukino tidak bisa kupikirkan.

 Semakin saya memikirkannya, semakin dalam keraguan saya.  Saat aku menaiki tangga ke lantai dua dimana kamar tidur berada, imajinasiku secara bertahap mulai bekerja.

 Saat saya tiba di kamar, sebuah jawaban muncul di benak saya.

 ......Tidak mungkin, pikirku.  Ketika saya akan berbicara, istri saya, yang menggantung mantel saya ke lemari, bicara terlebih dulu.

 “Ngomong-ngomong, para gadis punya sesuatu untuk dibicarakan denganmu...”

 Pada saat itu, saya punya firasat buruk.  Dengan bagaimana Yukino bertindak, pasti ada sesuatu yang baru untuk dibicarakan.  Jadi isinya tentu saja soql itu

 "...Aku akan pergi begitu aku selesai ganti baju."

 Menyembunyikan suaraku yang gemetaran, aku mencoba berpakaian dengan tenang.  Istri saya, setelah melihat trik murah saya, pecah menjadi tawa kecil.

"Baik.  Kalau begitu, saya akan menyiapkan teh. "

 Setelah memastikan bahwa dia telah meninggalkan kamar tidur, saya mulai mengenakan baju ganti denfan lambat.  Saya tidak pernah berpikir pakaian yang saya kenakan selama ini bisa sangat berat.

 X X X

 Setelah menghabiskan banyak waktu perlahan mengganti pakaian di kamar saya, saya perlahan-lahan menuruni tangga, setiap langkah terasa berat.

 Sepertinya tidak mungkin untuk bisa berpikir jernih tanpa meluangkan waktu.

 Sudah lama sejak saya mendengar dari putri saya.  Tentu saja, dengan betapa indahnya mereka tumbuh, tidak bisa dihindari bagi mereka untuk menerima banyak perhatian dari lawan jenis.  Tapi putri saya yang bijak cukup dewasa untuk memperlakukan diri mereka dengan baik.

 Yang terpenting, teman masa kecil mereka adalah Hayato-kun dari keluarga Hayama.  Jika kau melihat dia dari dekat, dia sudah populer sejak dia masih muda, tanpa memandang usia dan jenis kelamin, dan diterima dengan baik oleh orang dewasa di sekitarnya.  Dia tidak cocok untuk anak laki-laki normal.  Mereka akan terlihat menyedihkan dibandingkan dengan dia.

 Tidak, tunggu?  Ada kemungkinan ini tentang Hayato-kun.

 Keluarga kami telah menjalin hubungan dengan keluarga Hayama sejak pendahulu saya.  Saya dan istri juga memiliki hubungan yang baik dengan Hayato-kun.  Ketika sampai pada siapa putri saya pacaran, namanya akan berada di atas daftar kandidat.  Sebagai seorang ayah, menjengkelkan seperti itu,  jika dia menjalin hubungan dengan putri saya, tidak ada yang perlu saya khawatirkan.  Tidak ada.

 Singkatnya, saya tidak benar-benar ingin mendengar pembicaraan seperti itu.  Namun, jika anak perempuan saya ingin berbicara dengan saya, tidak ada cara bagi saya untuk menolak mereka.  Sebagai ayah yang kekanak-kanakan dan manja, saya ingin memenuhi keinginan putri saya sebisa mungkin.

 Ketika suasana hati saya berangsur-angsur berkurang, langkah kaki saya menjadi lebih tenang juga.  Bahkan memutar gagang pintu ke ruang tamu tidak menimbulkan kebisingan.

 Dengan suasana hati yang berat, pintu ruang tamu terbuka.  Aroma teh hitam berembus lembut.  Sudah  agak terlambat untuk minum teh, tetapi istri dan putri saya sedang menikmati teh mereka.

  "Kami sudah makan malam bersama, bukankah seharusnya giliran Ayah berikutnya?"

 "Tidak suka... Maksudku, pihak yang lain benar-benar tidak akan suka padanya. "

 Tenggelam dalam sofa kulit, Haruno melemparkan beberapa kue teh ke mulutnya sambil mengekspresikan ketidakpuasannya.  Di sisi lain, Yukino mengambil cangkir tehnya dan meminum teh hitam miliknya.

 "Ya semacam itu.  Bahkan Ayah mungkin pada awalnya tidak akan suka dengannya.  Tapi itu tempat untuk memulai yang bagus."


Sebelum melanjutkan kata-katanya, istri saya melihat saya berdiri di pintu seperti hantu.  Dia menghentikan pembicaraan dan mulai menuangkan secangkir teh hitam untuk saya.

 Melihat aksinya, Haruno dan Yukino berbalik ke arahku.

 "Ah, selamat datang."

 "Selamat Datang di rumah."

 Haruno merasa canggung, sementara ketidaknyamanan Yukino terlihat jelas dalam suaranya.  Rasanya sudah lama sekali, bisa melihat semua anggota keluarga saya lagi membuat saya merasa lega.

 "......Aku pulang."

 Istri saya meletakkan cangkir teh di tangan saya saat saya duduk di sofa.  Kulit yang usang dan lentur membuat pengalaman duduk yang nyaman, mungkin karena sudah menjadi bagian dari keluarga sangat lama . Tangguh dan pantang menyerah pada awalnya, setelah waktu yang lama dengan perawatan yang tepat, itu menjadi teman keakraban.  Lembut dan licin, itu membuat saya merasa senang karena terus-menerus memberi polesan yang baik pada sofa dimalam hari.

 Dengan saya yang sedang duduk, Haruno menghabiskan kuetehnya dan minum teh hitam.  Lalu percakapan sebelumnya berlanjut.

 "Yah, aku tahu pihak lain akan membencinya, tetapi kan tidak akan memakan banyak waktu.  Juga, bukankah terlalu dini untuk meresmikannya?  Bukannya anak itu malah akan lari. "

 Saya hampir tergelincir dari sofa setelah mendengar kata-kata itu.  Terlalu lembut dan licin.

 Mungkin saya sudah berlebihan dengan semua pemoles sofa di malam hari... Di sisi lain, berkat itu, ia menyembunyikan fakta bahwa saya terkejut ketika mengetahui tentang "Anak itu" dan "Meresmikannya”.  Saya senang bahwa saya memoles sofa sampai bersinar setiap malam...

 Kembali ke akal sehat, saya menyesuaikan tempat duduk.  Istri saya meletakkan jarinya di bibir dan mulai memikirkannya.

 “Itu tergantung pada jenis meresmikannya.  Mungkin lebih baik belajar sedikit tentang masing-masing.  Investigasi yang tepat juga diperlukan untuk mengamankan prospek potensial, atau lainnya..."

 "Jika kamu mengatakannya seperti itu, seseorang akan membawanya pergi.  Bukankah itu benar? "

 Haruno memberikan senyum menggoda pada Yukino, dan Yukino membalas dengan bibir yang tertutup rapat dan tatapan tajam.  Namun, istriku yang memberikan pandangan paling tajam.

 "...Kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan itu.  Apalagi dengan semua gadis yang berpotensi merepotkan di sekitar."

 "Ah, dua gadis itu, kan... ”

 "Aku, aku tidak tahu..."

 Haruno tiba-tiba memalingkan wajahnya ke Yukino.  Oh, sudah begitu lama sejak aku melihatnya bertingkah seperti itu.  Kedua putri saya imut, tetapi kalau mereka bersama-sama, membuatnya lebih imut.  Istriku?  Dia selalu imut.

 Sayangnya, berkat reaksi imut mereka, firasat buruk saya sekarang telah berubah menjadi kenyataan yang menakutkan.

 Karena saya berada di posisi ini, saya tidak punya pilihan selain mengambil keputusan.

 “...Bgomong-ngomong, dari apa yang ibumu katakan padaku, apa yang ingin kalian bicarakan"

 Untuk menjaga martabat saya sebagai orang tua, saya dengan tekun menurunkan cangkir teh saya untuk memecah keheningan yang menelan ruang tamu.

 ...Atau begitulah seharusnya.  Alih-alih, suara gemerincinh cangkir teh pada cangkir yang aneh tak ada habisnya memenuhi keheningan.

 Ah, saya benci ini... saya tidak ingin mendengarnya...

 Tidak dapat melihat wajah Yukino dengan baik, aku akhirnya menatap ke arah cangkir tehku.

 Lalu tiba-tiba, seseorang berdeham.

 Segera mengangkat wajahku untuk bertemu miliknya, Haruno yang memecah kesunyian sebagai gantinya.

 "Aku akan kembali dan tinggal di sini lagi untuk sementara."

 Melihat Haruno terlihat ceria, aku memecah kebisuanku.

 "Mungkinkah kamu lelah hidup sendirian?"

 Apa..., jadi mereka ingin membahas tentang Haruno?  Saya sangat senang dan lega mendengarnya.  Mendengar pertanyaan saya yang optimis, Haruno mengerang seolah memikirkan sesuatu.

 "Tidak seperti itu, tetapi ada sesuatu yang ingin saya lakukan."

 Ketika saya melirik istri saya, dia dengan anggun menuangkan teh ke dalam cangkir.Dari sudut pandangkj, dia mungkin mengerti alasan Haruno kembali ke rumah.

 Jika itu masalahnya, saya tidak perlu mengatakan apa pun.  Sebaliknya, pertimbangkan Haruno akan tinggal di sini.  Dengan kegemarannya melanggar jam malam, dankemungkinan menginap tanpa izin dengan seseorang, saya akan dengan antusias menyambutnya pulang.

 "Aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan untuk dilakukan... yah, lakukan apa pun yang kamu suka."

 "Mhmm, aku akan melakukannya.  Saya ingin mempersiapkan diri untuk belajar di luar negeri. ”

 Tanpa pikir panjang, saya mendengus teh.

 "Bel-Belajar di luar negeri ?!"


Teh hitam menetes ke daguku, beberapa bahkan tumpah ke meja. Yukino diam-diam menyerahkan sekotak tisu.  Haruno menarik 2-3 lembar tisu dan membersihkannya dengan cepat.  Setelah membersihkan dan membuangnya, aku menoleh padanya.

 "Bukankah aku sudah memberitahumu sebelumnya?"

 "Aku belum pernah dengar...."

 Saya menoleh ke istri saya.  Dia benar-benar tidak terpengaruh, dan minum teh dengan tenang.

 "Aku menentangnya."

 Dia berbisik tanpa bertukar pandang.  Saya merasa dia mempercayakan keputusannya pada saya.

 Pasti ada beberapa diskusi tentang masalah ini antara istri saya dan Haruno sebelum ini.  Pada akhirnya, keputusan akhir tersisa untuk saya sampaikan.

 Hmm... Sampai sekarang, pendapat istri saya mutlak.  Bahkan jika dia tidak menyukainya, Haruno akan menemukan kompromi yang baik dan mengikutinya.  Tetapi sekarang, sepertinya istri saya mulai berikan pertimbangan pada pendapat Haruno.

 Yah, Haruno sudah berusia 20 tahun.  Mungkin saatnya untuk berdialog secara adil alih-alih memaksakan instruksi padanya.

 Namun, tidak peduli apa, seorang anak perempuan adalah seorang anak perempuan.  Seorang ayah adalah seorang ayah.  Itu tidak akan pernah berubah.  Itu adalah kebenaran universal.

 Oke, Papa dalam situasi yang sulit.  Itu karena aku tipe ayah yang menginginkan Putriku dekat dengan rumah.

 Saya mencoba memberikan sedikit perlawanan.

 "Jika kamu berencana untuk belajar di luar negeri, kamu bisa melakukan itu beberapa waktu yang lalu.  Kenapa tiba-tiba?

 Anak perempuanku pernah belajar di luar negeri selama beberapa waktu.  Setelah kembali, SMA dengan kurikulum seni liberal internasional dipilih untuk mereka.  Jadi tidak ada masalah soal bahasa negara tujuan.  Ayo tinggal di rumah saja... Dan saat aku memikirkannya lebih dalam, Haruno tersenyum dan menjawab.

 "Itu mungkin benar, tetapi saya ingin pergi untuk waktu yang lama untuk mempelajari mata pelajaran yang lebih khusus, semoga selama satu tahun. "

 Cara Haruno menjelaskan keputusannya dan mempertahankan posisinya mirip dengan ibunya.

 Ketika dia mengatakannya seperti itu, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangguk.

 “...Aku, begitu.  Mhmm... Tunggu, tentang uang... ”

 Untuk menciptakan lingkungan yang solid yang akan memungkinkan konsentrasi untuk studi akan diperlukan jutaan yen.  Jumlah itu bukanlah sesuatu yang bisa segera diperoleh.

 Kau tau, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk putriku dalam hal aspek keuangan, tetapi secara emosional, ini sulit bagiku.  Untuk setahun?  Luar negeri?  Tentu saja aku akan khawatir.  Dan ini adalah Haruno yang sedang kita bicarakan, pasti akan ada masalah di masa depan.

 Haruno adalah tipe yang membuat benda mencolok terlihat gampang dan mudah dimengerti.  Di sisi lain, Yukino sering mendorong dirinya keluar dari zona nyamannya sebelum menyadari bahwa dia telah lebih banyak menggigit daripada yang bisa dikunyahnya.  Dengan kata lain, keduanya cenderung mengalami masalah.  Istriku?  Jauh dari kata bermasalah, dialah yang menyebabkan trauma.

 Melihat aku bergumam dan enggan mengatakan apa-apa lagi, Haruno memecah kesunyian..

 "Bisakah kita menjual apartemen saja?"

 “Lagipula itu milik pribadi.”

 "Namun, itu terdaftar atas namaku."

 Istriku dengan cepat memotong, “Kamu tidak melupakannya, kan?”  dengan senyum di wajahnya. Tentu saja, itulah yang kami diskusikan dan putuskan ketika kami melakukan pembelian.  Memperhatikan ada celah yang membuka, Haruno mendorong pengungkitnya.

 "Tapi bukankah itu akhirnya akan menjadi milikku?"

 "Y-yah, mungkin memang begitu, tapi..."

 Itu mungkin agak terlalu mengesankan, tetapi tidak bisa ditolak.  Ada kemungkinan dia akan mewarisinya.  Namun, kamu bukan anakku yang satu satunya...

 Jadi, sambil menghibur pikiranku yang pahit, ahli waris yang lain dengan hati-hati mengangkat tangannya.

 "Karena Nee-san kembali ke rumah, aku ingin tinggal di sana..."

 Setelah menilai suasananya, Yukino akhirnya membuka mulutnya.  Haruno tampak terkejut.

 "Eh, benarkah begitu?"

 Aku yakin aku juga memiliki pandangan yang sama.  Eh, benarkah begitu?  Mengapa?  Tolong tetap di sini, bersama denganku.  Bukankah kamu juga baru saja pulang...

 Aku menelan semua kata-kataku sebelum melarikan diri, dan menjaga martabatku sebagai seorang ayah.

 "Yukino, apakah itu yang ingin kamu bicarakan?"

 Istriku memang mengatakan, "Gadis-gadis itu punya sesuatu untuk dibicarakan."  Jadi pasti ada sesuatu yang Yukino ingin bicarakan juga.

 “Y-ya, y-yah, itu... itu...  Namun, itu belum semuanya... "

 Namun, jawabannya agak kaku.

 Sebagai seorang anak, Yukino tidak pernah memotong kata-katanya dan akan terus berbicara.  Memandang reaksinya sekarang, dia terdengar agak pemalu.

Sambil menatap lantai, mulutnya bergetar sedikit seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-katanya tidak pernah keluar.  Setelah menyimpulkan pikirannya, dia mengintip dan berbisik.

 "....tidak boleh?"

 TENTU SAJA BOLEH!  TENTU SAJA KAMU BOLEH!  Apa pun yang aku inginkan, aku akan memberikan mereka!  Dan lagi aku menelan kata-kata yang hendak berteriak keras, seraya menjaga wajah untuk tetap datar

 "Yah, tidak ada rencana bagi siapa pun untuk menggunakan sampai sekarang..."

 Saat mengatakan itu, aku mengintip ekspresi istriku dan tidak menemukan keberatan.  Dan begitulah yang akan menjadi keputusanku tentang masalah ini.

 "...Lakukan apa yang kamu mau."

 Pada menit terakhir, aji mengangguk, menjaga martabat sebagai seorang ayah.  Setelah mendengar itu, wajah Yukino bersinar.

 Terima kasih”

 Mampu melihat senyum itu, satu unit apartemen tidak masalah. Aku pasti bisa mengambil yang harga baik di pasar saham, tetapi senyum Yukino jauh lebih berharga.  Senyum seorang putri: Tak ternilai.

 Faktanya, sangat menyakitkan melihat Yukino meminta sesuatu.  Setiap kali dia punya permintaan untuk aku atau istriku, dia akan selalu membuat presentasi yang sederhana dan logis.  Itu sebabnya, ditanyanuntuk sesuatu tanpa alasan yang jelas seperti ini membuatku lemah.

 Sementara Yukino dan Haruno memiliki metodologi yang berbeda, keduanya sangat efektif saat memintaku pada sesuatu yang mereka harapkan.  Mungkin karena demi putriku yang imut.  Istriku?  Tentu saja aku pikir dia juga imut.  Bagaimanapun, dia selalu memberi tahuku setelah melakukan sesuatu seperti “Aku membeli unit apartemen "," Aku mengubah nama resmi ", dan "Aku sudah mengubahnya menjadi Departemen Keuangan AS jadi bisa  disimpan secara teratur ”.  Seaneh itu, itu membuatnya 100 kali lebih menakutkan.

 Meskipun dia baru saja kembali ke rumah keluarga kami, mengapa dia harus pergi lagi begitu cepat?  Setelah menyadari kesepian yang akan datang, bahu saya mengendur.  Hampir bersamaan, Haruno berbalik ke arah Yukino.

 "Yukino-chan, apakah benar-benar perlu bagimu untuk tinggal di sana lagi?"

 Aku mengangguk setuju dengan kata-kata Haruno.  Apakah benar-benar perlu baginya untuk tinggal di sanalagi?  Tidak benar! Kenapa tidak tinggal di sini saja bersamaku?  Aku harap aku bisa mengatakan kata-kata ini padanya...

 "Lebih mudah bagiku untuk bersekolah kalau dari sana.  Itu sebabnya aku memutuskan untuk tinggal disana.... "

 Meskipun mungkin itu yang dia katakan, alasan sebenarnya sedikit berbeda.

 Lagi pula, diputuskan baginya untuk tinggal di apartemen setelah ia SMA. itu demi kenyamanan pada awalnya, bukan hanya untuk hidup sendiri.  Penyebab dan akibatnya berkebalikan.

 Alasan terbesar Yukino hidup sendirian adalah kecelakaan lalu lintas di dekat pintu masuk sekolahnya.

 Untungnya, Yukino tidak terluka, tetapi itu memengaruhi psikologisnya.  Bersamaku dan istriku disibukkan dengan meminta maaf & menebus kesalahan pada korban, aku menyarankan agar dia tidak terlibat lebih jauh.

 Yukino sedikit gugup pada saat itu, dan itu adalah alasan lain untuk menjauhkannya pada Haruno, karena mereka tidak berhubungan baik satu sama lain.

 Aku memiliki keyakinan yang kuat bahwa Yukino adalah anak yang sensitif.

 Tentu saja, itu tidak berarti Haruno tidak peka.  Dia halus juga, tetapi dalam keunikannya sendiri.  Haruno seperti pekerjaan gelas yang rumit.  Kerapuhan seperti itu yang akan menyakiti orang lain begitu ia pecah.

 Istriku?  Tentu saja istriku juga lembut.  Singkatnya, dia seperti bahan berbahaya yang akan membunuhmu saat berkontak dengannya.  Karena itu, berurusan dengannya membutuhkan kehalusan (mungkin dengan kualifikasi untuk menangani bahan berbahaya).

 [Karena sifatnya yang kontras, mereka dapat saling melukai dengan mudah, di situlah letak masalah.

 Haruno hari ini terlalu melekat pada Yukino, memeluk dan menggodanya dengan senyum kucing Cheshire.

 "Aku tidak berpikir kalau alasannya adalah jarak dari rumah, kan?  Apakah itu benar-benar satu-satunya alasanmu? ”

 "Tidak ada alasan lain.  Hanya lebih dekat ke sekolah.  Mereka yang bolos kelas secara teratur tidak akan paham."

 Haruno, yang telah condong ke Yukino, didorong mundur.

 Istriku, yang telah dengan tenang menikmati tehnya selama ini, berhenti minum saat kata-kata menangkap perhatiannya.

 "Haruno... apa kamu tidak menghadiri kelasmu?"

 Dengan lembut menurunkan cangkirnya, dia bergumam dengan suara dingin.  Senyum tipisnya masih sama, yang membuatnya lebih menakutkan.  Ini buruk untuk Haruno, pikirku.  Diam-diam aku minum teh hitam untuk mundur dari situasi, tetapi akhirnya tersedak dari teh sebagai gantinya.

 "Poin kreditku masih belum turun, jadi tak masalah."

 Mengambil kesempatan, Yukino tersenyum juga dan menjawab.

 "Eh?  Jika itu terjadi padaku, aku masih harus meluangkan waktu untuk kelas.  Padahal sudah benar-benar ditinggalkan namun masih berhasil, kakakku memang hebat."


"T-tidak akan ada masalah soal naik semester kok!"

 Haruno cepat menangkas, mengutip alasannya padaku dan istriku.  Jika dia tidak punya masalah pada kenaikan semester, maka itu berarti dia baik-baik saja.

 Yah, Haruno adalah gadis yang cerdas, jadi aku tidak terlalu khawatir tentang studinya.  Itu mungkin pendapatku, tetapi istriku tampaknya berpikir sebaliknya.  "Haruno...", dia memanggil dengan lembut.

 "Tolong pikirkan biaya per sesi untuk studi universitas bisnismu."

 Istri saya menghela nafas panjang, meletakkan jarinya di pelipisnya seakan ingin memijat sakit kepala.

 Lalu, dia menatap Haruno dengan mata dingin.

 Haruno menelan kata-katanya, sementara Yukino tertawa pelan di sampingnya.  Memperhatikan bahwa dia diserang dari kedua sisi, Haruno menatapku dengan bibir cemberut seolah meminta dukungan.

 Sayangnya, aku tidak berdaya dalam situasi ini.

 Aku telah diberitahu hal yang sama sejak lama.

 Aku kembali ke rumah setelah tinggal di tempat mahjong sejak tengah hari, dengan aroma asap rokok yang mencuat di sekitarku.  Dia memiliki tampilan yang sama seperti sekarang, senyum tipis dan tatapan dingin, yang benar-benar layak aku dapatkan.

 Ketika aku mengingat adegan itu, aku teringat aroma rokok yang telah aku hentikan selama 20 tahun.  Dulu, rokok hanya berharga setengah dari harga hari ini, jadi aku menghabiskan satu kotak sehari.  Tetapi aku menghentikan kebiasaan itu begitu Haruno lahir.

 "...Yah, jangan terlalu terbawa oleh kelas yang hilang."

 Istrikumenegurku dengan senyum tipis dan tatapan dingin.  Tetap saja, itu lebih hangat daripada yang aku terima sebagai murid 20 tahun yang lalu.

 Inibadalah komentar moderat dariku, tetapi Haruno merajuk, mencibir bibirnya, dan berbalik menjauh dariku.  Duduk di sampingnya, Yukino dengan penuh kemenangan menyisir rambutnya.

 Sudah lama sejak saya melihat Yukino menang atas Haruno.

 Tapi, ini hanya goresan kecil.

 Haruno sepertinya mengingat sesuatu, lalu menutup bibirnya dan tersenyum.

 Senyum jahat yang diwarisi dari ibunya itu memikat, jika seseorang dapat mengabaikan  aura kuat yang muncul darinya.  Saat ibunya menjadi dewasa, dia menyembunyikan senyum itu dengan kipas anginnya dan mempertahankan wajah poker-nya.  Sementara itu, Haruno masih mencoba menggunakannya sebagai intimidasi.

 Yukino, yang memiliki senyum mengintimidasi secara alami, bangkit menghadapi tantangan.  Mungkin Haruno bersikap baik, memungkinkan Yukino untuk agak bersiap menghadapi serangan.

  Ketika tiba saatnya, putri-putriku itu orangbaik.  Istriku?  Istriku juga orang baik. Tidak ada alasan khusus untuk ini, dan aku tidak dapat memberikan contoh spesifik.  Tapi mereka pasti orangbaik.  Tidak.  Percayalah kepadaku.

 "Ah, begitu..."

 Haruno menyeringai dan bersandar pada Yukino di sebelahnya, memutar-mutar untaian rambut hitam panjang Yukino di jarinya.  Dia lalu membelai pipi Yukino dengan ujung jarinya.

 "Ah, aku tidak bisa dengan mudah memanggil orang itu di rumah keluarga kita.  Menginap juga termasuk.  Itu sebabnya aku ingin hidup sendiri lagi. "

 "Apa-"

 Pada saat itu, Yukino melompat dan membeku di kursinya.  Kalau aku, aku benar-benar ketakutan.

 Eh, tunggu tunggu!  Tidak mungkin!  Ini buruk!  Ayah tidak bisa membiarkan ini!  Tolong beri tahu  namanya, alamatnya, dan nomor telepon.  Juga, siapkan boneka jerami dan lima paku. Setelah siap, aku akan melakukan serangan langsung dengan palu!
(Referensin Ranma ½)

 Itulah yang ingin aku ungkapkan dengan menyakitkan.  Namun, kejutan itu terlalu besar,  sehingga aku hanya terengah-engah seperti ikan mas.

 Yukino dan aku sedang minum pada saat yang sama, sebelum secara bersamaan kami tersedak teh.

 Yukino bahkan menumpahkan tehnya, seperti yang kulakukan sebelumnya.

 “Y-ya, itu benar.  Pasti sulit bagi Yuigahama-san untuk datang dan menginap.  Bahkan, kadang-kadang aku menginap di rumahnya juga.  Namun, bukan itu alasannya.  Seperti yang aku katakan sebelumnya, tinggal di sana murni karena kenyamanan untuk perjalanan sekolah. "

 Setelah penjelasan yang panjang, Yukino akhirnya menjatuhkan pundaknya yang kaku dan mengosongkan cangkir di atas piring.  Istriku dengan tenang mengisi ulang gelasnya setelah tumpah.

 Yukino terlalu jujur, jadi dia benar-benar putus asa untuk menutupinya...

 Tetap saja, adalah tugasku sebagai orang tua untuk berpura-pura tidak tahu akan fakta itu.

 Tidak bijaksana untuk memeriksa setiap dan semua teman putri saya.  Berdasarkan  komentarnya, Yuigahama-san ini tampaknya menjadi teman wanita dekat, sampai-sampai saling menginap.  Jaringan teman-teman Yukino sangat kecil, jadi jika dia punya,itu adalah teman yang penuh kasih sayang, aku seharusnya bersukacita.

 Sementara aku berhasil menenangkan diriku, Haruno tertawa terbahak-bahak.  Memeluk Yukino, dia bisik Yukino, bisikan yang entah bagaimana mencapai telingaku.

 "Tidak, tidak, aku tidak berbicara tentang Gahama-chan."

 "Nee-san, diam.  Tolong diam."

Yukino memindahkan wajahnya, dan menggunakan tangannya untuk mendorong bibir Haruno dan memaksanya diam.  Dengan kedua pipinya yang terjepit, Haruno terlihat seperti anjing yang lucu.

 Sudah lama sejak aku melihat kedua saudara perempuan ini bermain-main satu sama lain.  Sementara akun tersentuh oleh pemandangan indah ini, istriku sudah muak dengan pertengkaran ini dan bersuara.

 "Hentikan, kalian berdua."

 Setelah mendengar suaranya yang lembut, Yukino dengan enggan meletakkan tangannya ke bawah, dan Haruno melepaskan Yukino dari pelukannya.

 Dengan mereka akhirnya siap mendengarkan dengan baik, istriku menatap Yukino.

 "Itu sangat memprihatinkan, diantara hal yang lainnya.  Kamu perlu menetapkan beberapa aturan "

 Suaranya mulai berubah dari nada yang lembut dan manja menjadi nada persuasif.

 "...Hal-hal semacam itu, dia akan kesal karenanya."

 Yukino menggigit bibirnya dengan ringan, sebelum melanjutkan dengan ragu-ragu.  Rasa takut seperti itu mengingatkanku padanya saat tahun-tahun awal masa kanak-kanaknya.

 "Selain itu, jika dia pikir itu merepotkan atau tidak tertahankan... aku akan terganggu dengan itu."

 Saat dia mengatakan itu, mata basah Yukino penuh dengan rasa malu dan takut, serta pikiran yang saling bertentangan lainnya.

 Membuat putriku jadi seperti ini... Aku tidak peduli di mana atau siapa dia, saya akan bunuh bajingan itu!
(Yuki-dad berubah dari mode formal ke mode liar seperti yankee di masa lalunya)

 Saat tanganku tergenggang erat seperti bogem, tiba-tiba tanganku ditampar oleh kipas angin. Melihat ke sebelah, istriku menggelengkan kepalanya.

 Hampir saja.  Masa laluku yang terkubur hampir keluar.  Sebagai hasil dari refleksi pada masa laluku, aku bersumpah untuk berubah demi kebaikan dan menjadi ayah dan suami yang terhormat.

 Sebagai seorang ayah, bagaimana kau harus terhubung dengan putrimu saat dia terlihat sangat rentan?

 Sementara aku memikirkannya, Haruno membuatnya bergerak.

 “Tidak apa-apa, kan?  Karena ini adalah bocah yang kita bicarakan, pasti dia sudah tahu banyak tentang ini.  Juga, Yukino-chan sudah menjadi orang yang menyusahkan sejak awal. ”

 Setelah dihibur oleh Haruno, Yukino berbalik.  Tersipu malu, dia mengeluh pada Haruno.

 "Aku tidak ingin diberi tahu itu olehmu.  Nee-san juga orang yang merepotkan... ”

 Sama sekali.  Mengolok-olok satu sama lain, dan entah bagaimana juga saling menghibur. Inikah ekspresi cinta yang menyimpang?  Kalian para kakak-adik benar-benar sama.  Dengan senyum di matanya, Haruno bermain-main menusuk pipi Yukino.

“Kamu lebih serius dari bocah itu.  Dan dia adalah tipe orang yang mengatasi masalah dengan masalah.  Bahkan jika dia diundang, dia akan mencoba menghindarinya dengan berbagai alasan bukan? "

 “...Yah, mungkin, iya.”

 Yukino menghela nafas lega.

 Kemudian, istriku menjentikkan kipasnya dan mengangguk puas.

 "Jika itu masalahnya, tidak ada pilihan lain selain menghancurkan seluruh gerakan itu."

 Suara istriku, ceria dan tersenyum ceria, mengirimkan hawa dingin yang menusuk tulang belakangku.

 Meskipun kata-kata berbahaya, matanya bercahaya dan berkilauan.

 Mengingat perasaan dari masa lalu membuatku merasa kedinginan.  Perasaan seperti mangsa yang diburu yang aku alami 20 tahun lalu.  Bahkan, ketika ditanya oleh istriku apakah dia sudah masuk jebakan atau tidak, Yukino hanya bisa memiringkan kepalanya dengan bingung.

 Perasaan yang sangat pribadi seperti itu bukanlah sesuatu yang akan kau bagikan dengan siapa pun.

 Tiba-tiba, sesuatu baru saja menyala di benak Haruno.  Segera, dia berbalik ke istriku, yang menunjukkan senyum yang sama.

 "...Begitu ya.  Jadi, pertama, kita harus menghancurkan semua rute pelarian untuk Yukino-chan. ”

 "Hah?  Tu-tunggu, Nee-san, apa yang kamu rencanakan?  Aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan, tetapi itunpasti sesuatu yang bodoh, jadi tolong hentikan. "

 Yukino segera berbalik ke arah Haruno, wajahnya mendung karena cemas, dan meraih tangan Haruno.  Namun, Haruno berhasil menahan Yukino untuk saat ini, dan menghadapiku dengan sebuah senyuman.

 “Hei Ayah, Yukino-chan punya seseorang yang dia ingin kamu temui.”

 "...... Hah?"

 Yukino tertegun dan rahangnya terjatuh saat mendengar kata-kata itu.  Saat kata-kata itu akhirnya tenggelam, warna merah muda menodai pipinya.

 Sampai saat ini aku tidak terlibat dalam percakapan, jadi aku bisa menjadi pengamat tanpa menyentuh masalah ini.  Tapi sekarang, kata-kata itu ditujukan langsung kepadaku, jadi aku tidak bisa berpura-pura mengabaikan mereka lagi.  Memperbaiki postur tubuhku, aku menatap matanya.

 "Yukino.  ...Benarkah?"

 "Ya, itu... tidak, bukan hal semacam itu..."

 Yukino mulai gelisah, menggerakkan tangannya untuk mengontrol semangatnya, mengipasi wajahnya, dan menyisir rambutnya.

“Yukino.”

 Suara lembut istriku membentaknya, dan Yukino menjatuhkan tangannya.  Dia melihat ke bawah untuk menyembunyikan pipinya yang memerah, sebelum akhirnya menarik napas panjang dan berbisik.

 “Yahm.. maksudnya, baik dia dan aku agak tidak pandai dalam hal itu, hubungan seperti ini, jadi mungkin butuh waktu lama.  Itu tidak harus segera... "

 Dia memalingkan muka karena malu.  Untuk beberapa waktu, dia kehilangan kata-kata sebelum akhirnya menatapku.

 Tidak ada yang bisa aku lakukan selain mendengarkannya dengan diam.  Tidak mungkin mengganggu putriku, saat dia sedang berpikir dengan saksama, sebelum berbicara secara tulus dan serius tentang pikirannya.

 "Ayah, suatu hari nanti... aku ingin memperkenalkannya padamu."

 Ah, diberitahu dengan senyum bahagia di wajahmu itu, tidak mungkin aku bisa mengatakan tidak untuk itu.

 "Mmm... Ah, begitu..."

 Hidungku tersengat.  Napas napasku basah dan berat.

 Saya selalu berpikir, saat yang aku tunggu sejak putriku lahir akan datang jauh lebih awal dari yang aku bayangkan.  Dan sekarang, akhirnya tiba.

 Aku tidak dapat berkata-kata.  Tidak dapat mengatakan apa-apa, aku hanya terus menghela nafas.  Itu terlalu menyedihkan, jadi aku hanya mengangguk dan mengatakan sesuatu yang tidak jelas untuk saat ini.

 "Itu bagus.  Ya, aku mengerti... Untuk sementara waktu, mari kita tenang sebentar, oke?  Setelah itu, mungkin... "

 Iya.  Seiring waktu, aku secara bertahap akan terbiasa dengan perasaan ini.  Perasaan melepaskan seseorang putri.

 Itu sebabnya, sebelum waktu itu tiba, aku ingin momen kita bersama ini berlanjut sedikit lebih lama lagi.

 Setelah memikirkannya, istriku menutup kipasnya dan mengatakan sesuatu tiba-tiba.

 "Ah ya, tidak ada yang dijadwalkan untuk pertengahan Juni, jadi mari kita tunggu saja saat itu."

 "Mengapa kamu sudah memutuskannya?"

 Aku bertanya dengan suara yang bergetar, pandangankubkabur oleh air mata.  Istriju dengan ceria tersenyum dan menjawab.

 "Jika ini tidak dilakukan, Sayangku, kamu mungkin melarikan diri.  Ak harus menyerang di langkah pertama. "

 Sama seperti seorang wanita yang sedang jatuh cinta, seorang gadis muda sebelum kencan pertamanya, matanya yang tajam menyilaukan, dan sama  seindah dan semengemaskannya ketika kami pertama kali bertemu.

 Jauh dari kepolosan murni, senyum menggoda itu seperti iblis kecil yang licik.  Dan masih menjeratku setelah 20 tahun ini.

Saat aku terpana dengan deklarasi mendadak itu, Haruno berbisik pada Yukino.

 "Yukino-chan, beginilah yang seharusnya dilakukan."

 "Aku akan mengingatnya..."

 Setelah menatap wajah Yukino, yang mengangguk terus menerus, aku diam-diam merasa simpati untuk anak laki-laki yang belum pernah kutemui.

 Akhirnya, dia juga akan dikejar, terpojok, dan tangan dan kakinya diikat ke punggung.
 Dan dia tidak bisa mengatakan apa-apa tentang itu.
(WTF! BDSM?)

 Dan sekarang, ketiga dewi dari keluarga Yukinoshita sedang berdiskusi dengan dekat.  Rasanya canggung untuk nongkrong saat mereka membahas tentang pertemuan pengantar yang akan datang.

  "Tapi bocah itu, dia tidak akan datang bahkan jika kau mengundangnya dengan santai."

 "Kalau saja ada peluang bagus..."

 Haruno menuangkan anggur ke gelas kristal, sementara Yukino meletakkan jarinya di bibir selagi mereka merenungkan masalah ini.  Berdasarkan kerutan di antara kedua alisnya, sepertinya ini adalah tugas yang menakutkan, tetapi istriku membuka kipasnya dan memberikan jawabannya.

 “Kesempatan... Begitu.  Jika itu seperti acara prom itu, aku dan Ayah bisa terlibat secara alamiah."

 "Iya.  Jika aku bilang padanya ini soal pekerjaan, orang itu akan mengikuti kita selama mungkin.”

 Yukino bermasalah, namun agak bangga dengan fakta itu.  Istriku tertawa bahagia dengan tangan di pipinya.

 "Oh, itu luar biasa. Itu akan menjadikannya tenaga kerja yang ideal. "

 "Bukankah lebih baik mempertimbangkan kembali soal waktu?  Ini bukan sekedar UTS. Mengingat dia yang sedang kita bicarakan, dia mungkin akan menggunakan ujian sebagai alasan untuk mengatakan sesuatu seperti "Lebih baik kita menjaga jarak untuk saat ini" atau hal menjijikkan lainnya."

 Haruno tertawa, tetapi tidak Yukino.

 "Apa yang baru saja kamu katakan sangat benar, itu menakutkan...."

 "Karena itu mirip dengan apa yang akan dikatakan Yukino-chan juga."

 Haruno, yang tertawa menggoda, dan Yukino yang jengkel secara terbuka.  Melihat mereka, istriku tersenyum lembut.

 “Itu mungkin benar.  Bocah itu, bagaimana nilainya?  Apa kamu mendengar sesuatu tentang dia mengikuti tes yang mana? "

 "Y-ya.  Aku mendengarnya, mungkin sama dengan milikku... "

 Yukino membalas istriku, dan Haruno dengan senang bersandar padanya sambil memiringkan gelas kristal.

“Universitas yang berbeda... pertemuan baru ... dan reuni yang tidak disengaja.  Sungguh masa depan yang sulit."

 "Nee-san, diamlah."

 Melihat keduanya mulai bertengkar lagi, aku diam-diam meninggalkan ruang tamu.

 Mendengarkan semua pembicaraan cewek itu buruk untuk hatiku.  Tak perlu dikatakan, istriku masih cukup muda untuk dianggap seorang gadis.

 Melihat jam di dinding di jalan keluar, masih belum larut malam.  Toko-toko masih terbuka untuk bisnis.

 Sudah lama sejak terakhir kali aku merasa ingin minum sendiri.

 Tidak seperti saat tadi aku keluar dari kamar, aku naik dengan tempo yang sedikit lebih ringan di langkahku.

 Cepat ganti pakaian dan sekarang saatnya untuk pergi ke bar favoritku.

 Aku mengambil mantel itu, yang merupakan hadiah dari istriku, keluar dari lemari dan dengan cepat memakainya.

 Tanpa alas kaki, aku diam-diam meninggalkan pintu masuk dengan kakiku yang lincah.  Meskipun, aku akan berjalan sempoyongan saat aku kembali.

 Tanpa membuat suara, aku menutup pintu, berjalan menyusuri jalan batu dengan hati-hati agar tidak menginjak kerikil.

 Di luar gerbang, badai salju bunga sakura tersebar di bawah sinar bulan.

 Ketika seorang pria meninggalkan rumah, dia dikelilingi oleh tujuh musuh.

 Musuhku, yang mencoba mengambil putriku yang tercinta dari ayahnya.

 Musuhku yang bersumpah, yang akan berdiri bersama melawan para dewi.

 Entah bagaimana hari ini, musuhku telah bertambah satu orang lagi.

Next Post Previous Post
31 Comments
  • Anony
    Anony May 21, 2020 at 6:09 PM

    makasih sebelumnya min.ini yang yukino side udah abis atau masih ada lanjutannya min?

  • Hikari
    Hikari May 28, 2020 at 10:37 PM

    Terimakasih min

    • Fathur
      Fathur June 9, 2020 at 9:17 PM

      thanks udh baca di blog ane

  • Unknown
    Unknown June 9, 2020 at 6:49 PM

    Ini timeline nya kapan

    • Fathur
      Fathur June 9, 2020 at 9:17 PM

      sesudah volume 14 pokonya

  • JasonBakery
    JasonBakery June 27, 2020 at 11:49 AM

    Yang parade bisa kapan yah min?

    • Fathur
      Fathur July 11, 2020 at 12:39 PM

      Udh ada bhs Inggris nya kah?

  • No name
    No name July 13, 2020 at 7:09 AM

    Ane nemu link yukino side epilogue yg bhs inggris, tapi gak tahu yg ditulis watari atau bukan

    • No name
      No name July 27, 2020 at 7:08 AM

      Minta email atau kontak yg bisa dihub. ane kirim lewat situ

    • Fathur
      Fathur July 28, 2020 at 3:35 AM

      Coba kirim ke email gan

    • No name
      No name July 28, 2020 at 4:49 AM

      Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    • No name
      No name July 28, 2020 at 4:59 AM

      Udah ane kirim ke email min

    • Rijal84
      Rijal84 August 29, 2020 at 3:42 PM

      Minta dong min
      Kirim ke email di bawah ini:
      rijalulfirdaus84@gmail.com

    • mhrkev
      mhrkev September 21, 2020 at 9:54 PM

      Minta juga dong gan, kirim ke email saya dr.mhrkev@gmail.com

  • Mure
    Mure August 14, 2020 at 7:27 PM

    Min Anthology oregairu on parade udh ada yang eng nya

    • Fathur
      Fathur August 15, 2020 at 7:42 PM

      Oh iya kah?
      Minta link nya coba

  • Unknown
    Unknown August 14, 2020 at 8:22 PM

    min gw dpt anthalogy komachi side dpt dr grup fb mau ga? canon ini

    • Fathur
      Fathur August 15, 2020 at 7:42 PM

      Boleh, email aja

  • Mahesvara
    Mahesvara August 17, 2020 at 10:19 PM

    Yang anthology ini sudah lengkap min?

  • Nyx
    Nyx August 22, 2020 at 7:16 AM

    Thanks for TL nya min
    Btw, klo boleh, minta link buat eng nya dong min

  • Penikmat
    Penikmat August 28, 2020 at 5:43 PM

    Tolong translate in lagi dong bro kalo udah ada yg b.inggrisnya 🙏

  • mhrkev
    mhrkev September 20, 2020 at 3:31 PM

    Dituggu lanjutannya gan 👍

  • Yukino chan
    Yukino chan September 25, 2020 at 12:00 PM

    Semangat min translate nya

  • Parhanjaelani
    Parhanjaelani September 28, 2020 at 10:10 PM

    Mint lanjutan nya udah ada blom, penasaran liat 8man ketemu keluarga yukoinon??

Add Comment
comment url